Semua Hilang

Tak mungkin aku membuang rasa
Kepada mereka turunan raja jawa
Meski diinjak aku hina
Berbelok karena ada cinta

Pusaran-pusaran angin
Seperti menghancurkan yang aku ingin
Utk menghangatkan hati yang dingin
Ketika tidur di atas turbin

Semuanya telah menghilang
Serasa aku mabuk kepayang
Seperti putusnya layang-layang
Menunggu mereka kembali datang
 

Berpura-Pura

Bagai tombak yang menusuk Hamzah
Bagai Hindun yang memakan jantungnya

Aku berbicara
Seperti pelacur-pelacur lelaki
Aku menangis
Seperti pengemis yang berpura-pura

Tetapi aku adalah angsa
Terbang dan berenang
Walau diusik oleh para pemburu desa
 

Camar Laut Menunggu

Aku adalah camar laut
Tetapi berada di tengah gurun
Menunggu air
Dan sampai menunggu melihat bintang kecil di siang hari

Hingga hari berujung malam
Masih menunggu
Dan kini aku menunggu matahari muncul dalam gelap

Aku menunggu dan berdoa 
Tuhan.. 
Jadikan aku cacing saja
 

Ingin Memangsa Macan

Tak bisa ku baca
Arti dari laparnya perut

Atau aku memang pengecut
Seperti para ikan badut

Tak ku sangka
Aku hidup dalam ranjauku sendiri
Aku bernafas dengan racunku

Pantaskah aku
Mencintai para macan negara
Bila macan-macan baik memberiku daging
Dan aku ingin memangsa macan itu
Dengan karunia Tuhan yang berupa keinginan

Hidupku seperti daun kering terbakar
Hidupku seperti kertas kabur

Aku hanya bisa berdiam
Dengan cinta yang hanya aku saksikan
 

Aku Si Capung

Aku menjalani hidup bagai capung
Hinggap...
Dari cemara ke cemara
Dari tanaman padi ke tanaman padi lain

Lelah aku si capung
Tak bisa membuang batu yang dimakanya
Tak bisa memusnahkan virus yang ada pada tubuhnya

Hidup dalam udara
Dalam sejuta cinta
Yang menjadi racun
Bagi keyakinan dan kemanusiaan

Aku capung keparat
Aku capung pembawa dosa
Aku capung bersayap tiga