Slendang-Slendang

Di balik jeruji yang telah aku tindih
Dengan warna-warna slendang
Tapi slendang itu
Tidak dari bidadari dari kayangan

Slendang yang hanya membalut
Sesuatu yang di anggap kunci kehidupan

Aku bahkan tidak sanggup
Menahan kasih slendang hitam
Atau cinta slendang putih

Atau aku tertipu
Dengan slendang merah
Itu ternyata adalah slendang putih
Yang terendam darah

27 Juni 2013
 

Lebih Baik

Lebih baik aku menjadi cacing saja
Atau kalau tidak
Lebih baik aku tidak pernah hidup

Sedih dan marah
Karena catatan khayalan itu
Tidak akan pernah bisa terhapus

Ya begitulah
Tulisan abadi yang terukir
Tidak hanya pada batu-batu sebagai prasasti
Tetapi terukir dalam masa
Masa yang tak terlihat

25 juni 2013
 

Sajak Hidup

Kita itu pernah menjadi bayi
Menangis tangisan lugu
Karena lapar
Karena jijik
Karena sakit
Tanpa suatu harapan
Apalagi untuk merombeng


Terus menanti waktu
Terus menanti sel-sel tumbuh
Untuk menjadi nalar dan dewasa

Kedewasaan telah merubah
Kini berani memunguti sampah-sampah
Berani menjadi sampah desa atau kota
Dan kini merombeng

Menanti hari
Selalu bermandi terik-terik penghianat
Selalu minum darah yang dianggap suci

Heran...
Dengan tingkah dan kebiasaan
Menghirup...
Bergerak...
Dan mati...

21 Juni 2013
 

Lentera Hitam

Suatu hari kala memuja
Di temani lentera hitam
Dalam diamku
Dalam renungku
Dalam tatapku

Berbisik lirih
Bagai ia angin ribut tak bersuara
Bagai ia badai topan tak berasa
Hingga kini aku memuja lentera hitam itu

Lentera hitam...
Lentera hitam...
Buatku tak melihat bidadari tanpa tirai
Buatku mendengar biola tanpa pemain

Lelah...
Berfikir lentera hitam yang mungkin wangi
Atau justru wangi itu menyengat
Buat pusing, mual, dan sakit

Tapi tak tahu kenapa
Aku tidak tahu
Atau sebenarnya telah tahu
Siapa kamu si lentera hitam
 

Duka Aku

Hidup dalam lautan nelangsa
Berpura-pura memberi tawa
Berpura-pura berwajah ceria

Duka aku menjadi penjelma
Dewa dari kepada dewa
Merindu dunia kepada semesta

Hidup kini aku dalam masa yang hancur
Hidup kini aku dalam materi yang musnah
Hanya saja cinta
Sukma jiwa yang juga menghitam
Menghitamkan naluri dan nafsu

Kepada mereka dariku
Ijinkan aku menyentuh bayangan air
Ijinkan aku menggenggam asap
Dan ijinkan aku berpegang angin
 

Ijinkan Aku Berdosa

Apakah aku penunggu bintang hitam
Apakah aku penunggu lautan kelam
Apakah aku penunggu bunga-bunga setan
Hingga ku tak mampu bercinta dengan nuansa kasih

Aku bagaikan sihir pemangsa
Membunuh para cahaya
Membunuh para pemberi warna

Tuhan...
Aku hanya ingin
Menjadi diri dari para pemberi warna
Menjadi diri dari para cahaya

Tuhan...
Tidaklah kau ijinkan aku
Berdosa karena bunga
Berdosa karena memangsa
Kepada mereka si ratu dunia
 

Gelombang Cacat

Kepada para pembuka celah
Dan cakrawala bersinar di hari petang
Aku akan berjalan
Dengan mataku
Untuk membuka harapan dan pandangan
Di sela-sela pantulan air laut
Di sela-sela ucapan bibir maut

Aku adalah gelombang buta
Melihat benua seperti samudra
Melihat cahaya seperti gelap
Melihat kehidupan seperti mati

Aku adalah gelombang tuli
Mendengar melodi seperti guruh
Mendengar tangisan seperti tawa
Mendengar pujian seperti hina

Aku adalah gelombang bisu
Berbicara tanpa mata
Berbicara tanpa telinga
Berbicara tanpa lidah

Aku adalah gelombang cacat

6 Juni 2013

 

Suatu Kejahatan

Seperti ombak di langitan
Semua tampak seperti gambar-gambar bohong
Berpura-pura menjadi warna putih dan cahaya

Tetapi itu bukan suatu kejahatan
Seperti merampok, memperkosa, atau membunuh
Itu adalah titah hati
Yang berpadu pada sesuatu
Sesuatu yang berkoar-koar pada hamparan gurun
Sesuatu yang berkoar-koar pada luasnya samudra

Dan itu juga suatu kejahatan
Kejahatan tiada batas oleh dan dari ruang atau waktu
Dan terus akan menyakiti
Tanpa darah
Tanpa luka
Sampai ruang atau waktu itu
Akan menemui ajalnya

5 Juni 2013